Keputusan, keputusan. Punya toughie? Cobalah proses yang telah teruji waktu ini untuk menemukan tindakan yang tepat.
Selangkah Demi Selangkah
Langkah 1
Pertama, cari tuntunan. Mulailah dengan memeriksa dengan hikmat, “teks suci,” dari tradisi Anda. Contohnya adalah yamas dan Niyamas dari Patanjali Yoga Sutra (tanpa kekerasan, nonstealing, kepuasan, kebenaran, dan sisanya); jalan berunsur Buddha (ucapan benar, penghidupan benar, dan sebagainya); beberapa ajaran Taoisme (untuk menciptakan tanpa memiliki, memberikan tanpa mengharapkan, untuk memenuhi tanpa mengklaim); Ucapan Bahagia Kristus; Bhagavad Gita; dan instruksi dari guru.
Langkah 2
Selanjutnya, lihatlah contoh yang bagus. Landasan kedua untuk tindakan yang benar ini mengundang kita untuk menyalurkan ketajaman yang kita terima, seringkali tanpa sadar, dari mengamati orang-orang yang secara konsisten membuat pilihan moral dan etika yang tinggi. Inilah dasar “Apa yang akan dilakukan Martin Luther King?” pertanyaan. Anda juga bisa melihat ke nenek Anda, guru yang menghabiskan waktu sepulang sekolah untuk membantu anak-anak yang gagal, atau teman yang selalu “melakukannya dengan benar.”
Langkah 3
Langkah ketiga adalah melihat apa yang terasa tepat untuk Anda. Anda mungkin tahu apa yang dikatakan buku adalah hal yang benar untuk dilakukan. Anda mungkin ingin membuat keputusan bahwa Yesus atau Buddha atau salah satu teman Anda yang lebih suci akan melakukannya. Tapi jika ada sesuatu yang terasa salah bagi Anda secara pribadi, maka itu mungkin bukan dharma Anda, dan itu berarti Anda mungkin tidak melakukannya.
Langkah 4
Kriteria keempat, lakukan apa yang terbaik untuk semua, potong hati dharma pribadi. Melakukan apa yang terbaik untuk semua melibatkan tekad yang baik, atau motivasi yang tidak mementingkan diri sendiri. Ini melibatkan keinginan untuk membantu orang lain, untuk melayani situasi, dan menerima tanggung jawab untuk menciptakan perubahan positif.
Langkah 5
Akhirnya, semua metode berikut untuk mengikuti dharma benar-benar bekerja hanya jika kita berhubungan dengan inti spiritual kita, Diri esensial dan esensial yang kita alami saat kita masuk jauh ke dalam keberadaan kita sendiri. Tradisi yang berbeda menyebut Diri yang esensial dengan nama yang berbeda-hati, Diri batin, Tao, Kesadaran, Kehadiran, atau kekosongan murni-tapi satu hal yang disepakati: Ketika kita berhubungan dengannya, kita berhubungan dengan dharma tertinggi kita.